What time is it?
Kutipan Ayat
Any question?
Weekly Quotes
Random Post
Unknown
On Saturday, March 29, 2014
Ku susuri jalanan yang sepi dengan lampu jalan yang sedikit
redup. Dengan membawa kantung sampah yang setiap hari selalu menemaniku.
Kukuruyuk.. kukuruyuk.. terdengar suara ayam jago pemilik rumah sederhana yang
terletak di tepi sungai. “subhanallah..
maha suci engkau ya allah,mungkin suara ayam itu pertanda aku bisa melaksanakan
salat tahajud.hmm.. aku mesti salat dimana ya?” berulang kali kepalaku ku
arahkan ke kiri dan kanan untuk melihat keadaan sekelilingku. Akhirnya ku
dapati tempat yang cocok tuk ku gelarkan sajadah yang telah kubeli dari hasil
penjualan barang bekas kemarin. Lalu, aku berwudhu dengan air minum yang
sengaja ku beli untuk air wudhu. “allahu
akbar.. “ mungkin sekitar 30 menit aku habiskan untuk berjumpa dengan
Allah,pencipta alam semesta dan seisinya. Ku putuskan untuk melanjutkan
pencarian benda-benda yang kira-kira masih bermanfaat.
“Hei kamu yang disana!jangan ngambil barang apapun di
wilayahku!!” teriakku pada seorang laki-laki yang kira-kira sebaya denganku.
Anak itu menoleh ke padaku,lalu memalingkan mukanya. Dan pergi menjauh dari
hadapanku. Tapi sebelum ia pergi,rasanya ada yang ganjil. Ah.. ternyata ia
pergi sambil membawa sampah plastik dari tempat sampah yang telah ia aduk.
Gegas ku berlari mengejarnya. Dari kejauhan,ku lihat ia santai menyusuri jalan
yang memang sepi. “hei kamuuuu!!jangan kaburrr!!” teriakku padanya. Lagi-lagi
anak itu hanya menoleh sekilas ke arahku dan menghiraukanku. Bertetes-tetes
peluh membasahi wajahku. aku pun tak sanggup lagi mengejarnya. Ku lihat ia dari
kejauhan,tampak menghentikan langkahnya. Lalu berbalik, menuju ke arahku.
“capek ya?nih ada minum buat kamu. Kebetulan aku beli dua di
warung makan tadi” katanya sambil menyodorkan salah satu air minumnya kepadaku.
Terlihat di wajahnya tersungging senyum yang begitu menawan .
“uhm.. makasih” jawabku sambil menerima pemberiannya.
“maaf ya,gara-gara aku kamu jadi kelelahan gini.sekali lagi
maaf” katanya sambil membungkukkan badannya ke depan. Melihat tingkahnya itu,
aku juga menundukkan badanku.
“oh iya,perkenalkan namaku Gerald. Namamu siapa?” tanya anak
laki-laki itu yang ternyata bernama Gerald. Gerald menyodorkan tangannya untuk
berjabat tangan denganku. Tapi aku malah mengangkat tanganku sambil menyatukan
kedua tanganku.
“namaku sarah” jawabku singkat sambil menyunggingkan sedikit
senyuman di wajahku.
“oh soal tadi maaf ya,ku kira kamu sama seperti anak perempuan
yang lain.ahahaha”
“yang mana?soal jabat tangan tadi?iya gapapa kok”
“syukurlah kamu tidak marah”
Marah?untuk apa aku marah soal itu?aku sudah sering
memaklumi hal itu.
Angin berhembus dari arah barat,membuat suasana semakin
terasa dingin. Ku coba memeluk diriku sendiri untuk menghangatkan tubuh.
“kamu kedinginan ya?kalo begitu ayo ikut aku ke rumahku di
dekat sungai sana.”
Awalnya aku ingin menolak,karena aku ingin melanjutkan
pencarianku. Namun di tengah kebingunganku.. Tiba-tiba Gerald berkata
“tenang,soal barang-barang yang ingin kamu cari,biar aku saja yang cari” . ya
Allah.. bukan maksudku untuk menyusahkannya.
“uhm.. gak usah Ger.Biar aku saja yang mencari” .
“hmm.. ya
sudah kalo itu maumu. Tapi sebelumnya kamu ke rumahku dulu,Sar. Kasihan
badanmu kedinginan »
Mungkin ia benar. Badanku terasa tertusuk oleh dinginnya angin
di dini hari. Akhirnya ku terima tawarannya. Kami pun bersama-sama menyusuri
jalan tanpa berbicara apapun di antara kami. “sudah sampai nih”
Aku terkejut melihat rumah yang ia tinggali. Ternyata dialah
pemilik rumah sederhana di tepi sungai yang terdapat ayam jago di sana. “ayo
masuk ke dalam” ajak Gerald padaku. Aku pun menganggukan kepala dan
membuntutinya ke dalam rumah.
“inilah isi rumahku”
Lagi-lagi aku dikejutkan olehnya. Rumahnya berisi banyak
tempelan kertas bertuliskan IMPIANKU dan beberapa foto prestasi yang ia raih
–mungkin- di sekolahnya.
“jadi kamu sekolah Ger?” tanyaku padanya yang tengah
menyiapkan teh untuk kami di dapur kecilnya.
“ya seperti
yang kamu lihat di foto itu”
Aku sungguh iri pada Gerald. Ia bisa sekolah,sedangkan aku
tidak. Rasanya itu sangat mustahil untukku sekolah,pikirku dalam hati. Aku pun
menundukkan kepala.
“tak ada yang tak mungkin kok. Asal kita punya keyakinan
kuat pada Allah untuk menggapai impian kita. semuanya akan begitu mudah. Percayalah..”
Aku menoleh ke arah Gerald. Apa perkataanya itu benar?aku
sedikit meragukannya. Tapi ah.. tidak!tidak!Gerald benar,Allah Maha Penyayang.
Ia tahu apa yang terbaik untuk makhluk-Nya. Tiba-tiba mataku tertuju pada
sebuah kertas yang tertulis di bagian atasnya IMPIANKU dan di bawahnya dihiasi
gambar masjid. Karena terlalu tertarik pada isi kertas itu,aku mulai mendekati
dinding. Semakin dekat, semakin ku tahu isi dari kertas itu.
“jadi impianmu ingin membuat sebuah masjid di kota Paris?”
tanyaku pada Gerald setelah mengambil kesimpulan dari isi kertas tadi
Gerald menganggukan kepala dan berkata,” ya.. kau benar,Sar. 10 tahun lagi,kota
paris akan menjadi saksi pembangunan masjid itu”.
10 tahun lagi?apa mungkin itu bisa?Gerald,kau tidak bercanda
kan?
“aku tahu
apa yang kau pikirkan. Kau mungkin juga tak percaya. Tapi.. Aku punya
keyakinan kuat!Allah akan selalu bersama prasangka hamba-Nya”kata Gerald dengan
begitu yakin.
Mungkin Gerald benar. Allah selalu bersama prasangka
hamba-Nya. Seharusnya aku mendukung impian besarnya itu,bukan melemahkan
keyakinannya pada impiannya itu.
Jam rumah Gerald sudah menunjukkan angka setengah 5.
Biasanya jam segitu aku mencari makan untuk sahur.
“ger,kurasa ini waktunya aku pergi ke luar. Aku ingin
mencari makan”
“kamu ingin makan?baiklah ayo kita keluar. tapi sebelum
itu,kau pakai jaket yang kemarin aku beli dari pasar dulu.mungkin harganya
murah,tapi ini bisa untuk menghangatkan tubuhmu”Gerald meyodorkan jaketnya ke
arahku.
Aku pun menerimanya dengan senang hati. Kemudian aku memakai
jaket Gerald. Lalu, aku dan Gerald bersama-sama pergi ke warung makan di dekat
sungai. Kami sampai di tempat tujuan. Kami pun memesan makanan masing-masing
dan meminta ibu penjual untuk membungkus makanan yang kami pesan. Kami keluar
dari warung makan dan mencari tempat duduk. Kami memilih duduk di bawah
rembulan dan bintang. Kami makan bersama-sama dengan sebelumnya kami berdo’a.
“jadi,kalau boleh tahu umurmu sekarang berapa?” tanyaku
penuh penasaran.
“saat ini aku berumur 10 tahun” jawab Gerald
“oh”
“sar,coba ceritakan padaku apa yang kamu impikan saat ini?”
tiba-tiba Gerald memulai menanyakan sesuatu padaku
“aku.. ingin aku bisa bersekolah dan menjadi seorang
peneliti ketika aku dewasa” jawabku sedikit malu untuk menceritakan impianku
itu.
Gerald menganggukan kepala tanda mengerti. Allah.. hu akbar
allah... hu akbar.. Suara adzan berkumandang. Usai adzan,Gerald megajakku ke
mesjid untuk ikut salat berjamaah. Jadi, Gerald islam?kupikir ia Kristen.
Sepertinya aku salah menilai dia. Aku dan Gerald selesai melaksanakan salat
berjamaah bersama jamaah lainnya.
“Ger,apa rahasiamu bisa sekolah?aku ingin sepertimu.bisa
sekolah bersama anak-anak lainnya”
“aku
mencari uang untuk membiayai sekolahku sendiri”
« mencari uang sendiri ?
« ya,aku
biasa menjadi penulis di surat kabar.dari tulisan yang dimuat itu,aku mendapat
royalti yang lumayan besar.sekitar 300.000 aku terima. Tapi uang itu mesti
ditransfer ke rekening bank. Alhamdulillah salah satu guruku di sekolah sangat
baik padaku. Ia mau menjadi tempat royaltiku disimpan » .
Jadi itu rahasia Gerald ?subhanallah.. aku kagum
padanya. Ia berusaha melakukan apapun supaya ia bisa meraih apa yang ia
impikan. Kini aku sadar.. aku
mesti berusaha seperti dia. Ya, aku harus yakin!!Aku masih punya Allah untuk
meraih impianku itu.
‘’gerald »
« ya ? »
« ajari
aku mendapatkan uang sepertimu »
Gerald begitu kaget mendengar permintaanku itu. Tapi ia mengganguk
dan berkata “tentu sar.. aku akan membantumu”
***
3 bulan telah berlalu, kini aku
memiliki simpanan uang yang lumayan besar di rekeningku. Akhirnya dengan
sedikit bantuan dari Gerald,aku bisa satu sekolah dengan Gerald dan juga berkat
bantuan dari guru Nandy,guru yang sangat menyayangi Gerald.
“alhamdulillah akhirnya aku bisa
sekolah ya Ger” syukurku kepada Allah
“iya Sar,Alhamdulillah. Tapi Sar,
masing-masing dari kita masih punya satu impian besar lagi” kata Gerald semabri
mengingatkan pada impian terbesarku di masa depan
“ya kau benar Ger. Kita masih
harus berjuang untuk impian kita itu” kataku dengan penuh kemantapan hati
Tiba- tiba Gerald menulis di
selembar kertas bertuliskan JANJI KAMI SEPASANG SAHABAT. Janji? Apa maksudnya?
Gerald tetap menulis di selembar kertas itu.
“Nah!Sudah jadi.. sekarang kamu tulis ulang
janji ini dan kamu tulis impianmu di selembar kertas sisanya »
Apa ini ?aku disuruh menulis janji ?
ya sudhlah,aku ikuti saja kemauannya.
« sudah selesai nih » kataku sambil
menyodorkan pulpen yang tadi aku pakai
« Nah!kamu yang ini,aku yang ini »
Gerald memberiku selembar kertas yang tadi aku tulis,sedang Gerald mendapat
kertas yang tadi dia tulis
« simpan kertas janji ini sampai kamu berhasil
menjadi seorang peneliti. Jika kamu telah berhasil,tunjukkan kertas ini padaku »
katanya sambil tersenyum senang.
Aku yang bingung dengan tingkah lakunya
itu,hanya bisa menganggukkan kepala.
***
10 tahun
telah terlewati.. Aku dan Gerald telah menjadi seorang mahasiswa. Dan kami berbeda kampus. Gerald mengambil
jurusan Arsitektur di salah satu kampus Negara Prancis. Sedangkan aku mengambil
jurusan matematika dan ipa di salah satu kampus Negara Jerman. Tit.. Tut..
Tit.. Tut.. ponselku tiba-berdering,menandakan ada telpon masuk. Aku izin
kepada seluruh peserta meeting untuk menjawab telpon. Aku periksa ponselku. 08563398324? Nomor siapa
ini? Dengan ragu-ragu, kuangkat panggilan dari si penelpon
« Assalamu’alaikum,sarah..
Apa kamu tengah sibuk ? Ini aku Gerald,aku ingin mengajakmu makan.
Kebetulan aku sedang ada di Jerman. Aku akan menunggumu di Masjid Al Falah.
Sampai bertemu nanti. Wassalamu’alaikum”
Dan panggilan dari Gerald pun berakhir. Aku setengah tak
percaya ia ada di Jerman.. Tapi ia tak mungkin bohong,pikirku. Lalu, aku
kembali mengikuti meeting bersama yang lain. Setelah meeting berakhir, aku
putuskan berlari menuju Masjid Al Falah. Tak peduli angin berhembus begitu
kecang,hingga kerudungku ikut tertiup angin. Langkah demi langkah aku berlari. Tak terasa peluhku menetes banyak. Tapi
lagi-lagi aku tak peduli, dalam benakku yang kupikirkan bagaimana perasaanku
bertemu dengan sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Setelah lelah
berlari,aku putuskan untuk menaiki bus. Di tengah perjalanan, aku mengecek tas
apakah ada kertas perjanjian yang selalu ku simpan. Ternyata aku membawanya..
hufftt.. syukurlah.
“assalamu’alaikum Sarah” terdengar suara yang ku kenal dari
arah belakangku.aku pun menoleh.
“wa’alaikum salam Gerald. Sudah lama ya kita tak bertemu”
kataku sambil membungkukkan badan.
“ah iya,sudah lama sekali” Gerald pun mengikuti
membungkukkan badan.
Gerald mempersilahkan aku duduk. Tiba-tiba ia menyodorkan
kertas perjanjiannya ke arahku. Kemudian membukanya. Terlihat tulisan dalam
kertas itu. Kertas itu bertuliskan :
“hai world!!aku telah berhasil meraih impianku. IMPIANku
adalah MEMBANGUN MASJID DI KOTA PARIS. Kini kalian semua menjadi saksi atas
berdirinya masjid itu. Masjid itu ku beri nama Al Kuddus . Dan terima kasih
kepada Allah karena Allah Maha Penyayang dan Maha Mengetahui”
“kertasmu enggak kamu tunjukkin?”
tanya Gerald
“enggak, aku masih belum
berhasil” jawabku dengan sedikit malu.
“oh ya sudah. Terserah kamu aja
li. Oh iya,kayaknya abis ini,aku masih ada urusan afwan ya kawan-kawan”
Gerald pun pergi meninggalkan aku
sendirian. Karena tak ada kerjaan lain,akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke
apartement. Setelah pertemuan tadi, Gerald dan aku saling berbagi informasi
lewat dunia maya mengenai aktivitas kami masing-masing. Kami juga saling
memberi oleh-oleh.
***
Sudah 3 bulan yang lalu, Gerald
tak memberi kabar padaku. Apa ia sakit? Aku khawatir dengan keadaanya. Karena
ia adalah sahabat yang kupunya sejak SD. Tiba-tiba, aku mendapat telpon dari guru
Nandy.
“halo,assalamu’alaikum Sar?”
terdengar suara isak tangis bu guru Nandy dan guru
“wa’alaikum salam bu Nandy.ada
apa ya bu?”
“Gerald kecelakaan. Dan nyawanya
tak tertolong sar”
“apa?” sontak aku menangis karena
mendengar kabar buruk itu.
“Sekarang Gerald lagi dibawa ke
rumah kediamannya. Nanti sore penguburannya Gerald”
Gerald? Apa benar dia kecelakaan?
Aku masih setengah tak percaya dengan kabar itu.. Apakah itu benar yang
dikatakan bu Nandy. Tapi sepertinya benar
Gegas,ku temui sekretaris,untuk
meminta izin untuk kembali dahulu ke smp nih. Akhirnya dengan segara cara aku
bisa memberdayakannya..semangatttt?
***
Mayat Gerald pun telah dikebumikan. Aku melihat batu Nissan
itu. Di batu itu tertulis ‘Gerald bin Nasution’. Tak terasa begitu banyak airmata mengalir membasahi pipiku. Usai
penguburan Gerald, aku duduk di samping kanan kuburannya ditemani bu Nandy.
“Ger,aku telah berhasil meraih impianku itu.impian masa
depanku.ini ku tunjukkan kertas milikku.. Maaf aku lama memberitahukannya
padamu. Terima kasih buat semua kata-katamu. Aku belajar sesuatu darimu. Jika aku memiliki impian,aku harus berusaha
mendapatkan impian kita itu” kataku sambil mengelap pipiku yang penuh dengan
air mata.
« Oh iya,ada satu hal baik yang ingin ku ceritakan
padamu. Masjid yang kau
buat,menjadi mesjid favorit di kota Paris. Banyak yang mendatangi Mesjid Al
Kuddus. Semoga mesjid yang kamu bangun itu dapat membangun kejayaan Islam di
seluruh dunia.. Aamiin.. Dan semoga setiap orang yang datang ke mesjidmu
itu,dapat menjadi pahala yang selalu mengalir untukmu.. Aamiin »